Seorang peneliti air, William Waterway Marks, mengemukakan teori terbaru mengenai "Definisi terbaru siklus air di bumi".
Hal itu disampaikannya pada "International Symposium on Aqua Science, Water Resources and the Arts", November 2011 lalu.
Menurut William Waterways, definisi lama tentang siklus air di bumi pertama kali dicatat oleh Bernard Palissy, 430 tahun lalu.
Definisi lama itu hanya mencakup sepertiga dari siklus air bumi, dan tidak menggambarkan penelitian ilmiah terbaru.
Definisi
terbaru untuk siklus air, sekarang dinamakan dengan "Waterway Cycle"
atau "Siklus Waterway" untuk membedakan dengan definisi yang lama.
Definisi
ini menggambarkan penelitian ilmiah, dan yang paling utama memasukkan
tiga siklus yang saling berkaitan yang diketahui sebagai "Cosmic Water
Cycle (siklus air di kosmik)", "the Atmospheric Water Cycle (siklus air
di atmosfer)" dan "the Oceanic Water Cycle (siklus air di lautan)".
Tiga siklus air di bumi itu saling berkaitan dalam hal proses pergantian air di bumi.
Siklus air di Lautan
Siklus
air di lautan (oceanic water cycle) merupakan siklus yang terjadi di
lautan dimana air laut di daur ulang secara terus menerus dengan cara
diserap ke dalam bumi lalu dikeluarkan kembali.
Menurut
penelitian ilmiah, seluruh air laut di dunia ini mengalami siklus daur
ulang . Bumi ini diperkirakan memiliki air laut yang benar-benar baru
setiap 7 juta tahun.
Di dalam lautan ada arus laut dari atas ke bawah, kemudian adanya pergerakan lempeng-lempeng bumi secara tektonis.
Selanjutnya
dari pergerakan lempeng-lempeng bumi menyebabkan munculnya zona
subduksi. Di zona subduksi itu diisi dan diresapi dengan air.
Panas
dari dalam perut bumi yang menggerakkan siklus air di lautan. Air yang
meresap di zona subduksi akan dipanaskan ketika bertemu dengan panas
dari dalam perut bumi.
Kemudian "air yang sangat panas" akan keluar di gunung-gunung berapi, berupa letusan lahar, atau sumber air panas.
Kejadian tersebut tidak hanya terjadi gunung berapi yang berada di dalam laut, tetapi juga yang berada di benua.
Untuk air yang keluar di gunung-gunung berapi di daratan, maka perputaran air akan terkait dengan siklus air di atmosfer.
Teori
adanya siklus air di lautan ini merupakan ilmu yang relatif masih baru,
karena dilandasi pada perkembangan ilmu pengetahuan mengenai lempeng
tektonik yang baru diketemukan sekitar 45-50 tahun belakangan.
Menurut
William, siklus air di lautan berperan penting dalam keragaman makhluk
hidup di bumi ini. Bahkan, mungkin tanpa adanya siklus air di lautan ini
tidak akan ada kehidupan di bumi.
Siklus air di Atmosfer
Siklus
air di atmosfer (the Atmospheric water cycle) merupakan siklus yang
terjadi akibat adanya pemanasan oleh matahari terhadap bumi.
Siklus
air di atmosfer ini yang merupakan definisi lama dari siklus air.
Adanya sinar matahari yang jatuh di bumi menyebabkan terjadinya proses
penguapan air, kondensasi air, pengendapan atau turunnya hujan,
perjalanan air di permukaan, perjalanan air di dalam tanah.
Siklus air di atmosfer ini berhubungan dengan siklus air di lautan, ketika air ditampung di lautan.
Siklus air di Kosmik
Siklus air di kosmik adalah siklus yang terjadi antara bumi dengan ruang angkasa.
Apabila
melihat foto bumi, maka terlihat adanya aura bumi yang berwarna biru
yang berbatasan langsung dengan ruang angkasa. Itu merupakan selimut
bumi yang terdapat di atmosfer bumi.
Selimut atmosfer bumi selain
berfungsi menahan sinar matahari dan melindungi dari masuknya
benda-benda ruang angkasa, ternyata juga berperan dalam siklus air di
kosmik.
Atmosfer bumi mengandung uap air. Uap air dilepaskan ke
ruang angkasa akibat adanya pemanasan sinar matahari. Menurut perkiraan
peneliti, bahwa air yang dilepaskan ke ruang angkasa semenjak bumi ini
ada sekitar 0,2 persen jumlah air di lautan.
Selain bumi melepaskan air ke ruang angkasa, ternyata bumi juga menerima air dari benda ruang angkasa.
Tidak pernah terbayangkan benda langit seperti meteorit ternyata mengandung air.
Berdasarkan
penelitian ilmiah terhadap meteorit yang jatuh di Texas, pada tahun
1999. Hasilnya, meteorit ternyata mengandung air.
Selain itu meteorit juga mengandung nukleus yang mengandung zat yang berperan untuk kehidupan seperti asam amino.
Bintang berekor atau komet, pada ekornya ternyata melepaskan uap air di angkasa luar.
Komet
terlihat memiliki ekor, karena komet terpengaruh oleh pemanasan "angin
matahari". Kemudian ekor komet itu terlihat karena sinar matahari
menangkap adanya partikel-partikel debu, yang ternyata mengandung uap
air.
Peneliti memperkirakan bumi mendapatkan uap air dari komet sekitar 100.000 juta partikel debu setiap tahun.
Apa kegunaan dari bumi mendapatkan partikel debu benda ruang angkasa tersebut?
Hujan yang terjadi di bumi, mengandung nukleus yang berguna bagi kehidupan makhluk di bumi.
Pada
penelitian tahun 2011, menemukan bahwa unsur-unsur kimia air yang
berasal dari komet, memiliki kesamaan unsur-unsur kimia air yang
terdapat di lautan.
Artinya partikel debu dari benda ruang angkasa memiliki peran penting bagi kehidupan di muka bumi.
(E012)
Sumber : www.antaranews.com
Kamis, 05 April 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar